Ketika
itu, yang menjadi penguasa di Kerajaan Mataram yaitu Sunan Pakubuwono, dan
mempunyai adik bernama Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi besar sekali
jasanya di Mataram. Tetapi, karena pengaruh dari Patih Pringgalaya, Sunan
Pakubuwono tidak memberikan jabatan kepada Pangeran Mangkubumi. Akibatnya
Pangeran Mangkubumi kecewa. Pangeran Mangkubumi bertambah kecewa lagi
mengetahui Patih Pringgalaya mengadakan hubungan dengan Belanda.
Pangeran Mangkubumi benci sekali terhadap Belanda yang ingin mengeruk
keuntungan sebanyak-banyaknya dari Mataram. Maka dari itu, beliau meninggalkan
Mataram bersama prajuritnya.
Pangeran Mangkubumi beserta prajuritnya menjalankan perang gerilya umtuk
melawan Belanda. Belanda kewalahan karena prajuritnya semakin habis dan justru
meminta bantuan kepada Mataram. Mataram yang kemudian mengirimkan pasukan
dengan pimpinan Patih Pringgalaya bersama Belanda membuat pupus semangatnya
Pangeran Mangkubumi dan terus menyerang sehingga Pangeran Mangkubumi kewalahan.
Karena terdesak, Pangeran Mangkubumi memilih mundur dan bersama dengan para
prajuritnya pergi ke arah timur melewati hutan-hutan dan gunung-gunung. Hingga
akhirnya, mereka sampai di puncak Gunung Puger. Disana, mereka beristirahat
menghilangkan lelah. Pada waktu itu, prajurit Pangeran Mangkubumi hanya tinggal
12 orang saja, salah satunya bernama Setraketipa. Walaupun ia hanya seorang
perawat kuda, tetapi Setraketipa kerjanya rajin sekali. Maka Pangeran Mangkubumi
sangat sayang kepadanya.
Setraketipa mengerti kalau
Pangeran Mangkubumi dan prajuritnya lelah sekali. Selain itu mereka pasti
merasa lapar dan haus. Ketika tidak ada yang kuat mencari makanan dan minuman,
Setraketipa kemudian nekat berangkat walaupun dia sendiri juga merasa lemas.
Dia masuk ke dalam hutan untuk mencari buah-buahan atau apa saja yang bisa
untuk pengganjal perut dan sumber air untuk menghilangkan rasa dahaga. Di waktu
mencari buah-buahan dan sumber air, Setraketipa melihat ada banyak buah-buahan
yang wujudnya jelek dan baunya pun tidak enak. Buah itu adalah pace.
Setraketipa tidak tega memberikan buah pace itu untuk Pangeran Mangkubumi dan
prajuritnya. Tetapi akhirnya dia melihat ketela dan buah-buahan lain yang
sedikit mengandung air. Ketika akan kembali, Setraketipa juga merasakan lapar
dan dahaga. Tetapi dia tidak tega jika memakan buah-buahan dan minum air yang
akan diberikan kepada Pangeran Mangkubumi dan prajuritnya. Akhirnya dia
mengambil buah pace. Buah pace tersebut diperas, diambil airnya lalu diminum.
Daging buah pace itu lalu dimakan. Anehnya, Setraketipa merasa badannya menjadi
segar bugar dan hilang rasa lelahnya. Dia kemudian kembali untuk memberikan
buah-buahan dan air untuk Pangeran Mangkubumi serta prajuritnya.
Pangeran Mangkubumi dan prajuritnya sesudah memakan buah-buahan dan minum
sedikit air, tenaganya pulih sedikit demi sedikit. Begitu juga seterusnya.
Setraketipa selalu mencarikan buah-buahan dan air untuk Pangeran Mangkubumi dan
prajuritnya. Sedangkan dia hanya makan buah pace dan meminum airnya.
Hari-hari berikutnya,
Pangeran Mangkubumi dan prajuritnya meksa kekuwatane durung pati pulih karena
cuma makan buah-buahan sedikit. Berbeda dengan Setraketipa yang semakin lama
semakin segar bugar. Mengetahui hal itu, Pangeran Mangkubumi curiga. Dia lalu
memanggil Setraketipa.
“Setra, jika kulihat badanmu itu kok semakin lama semakin kuat dan segar?
Berbeda dengan aku dan kawan-kawanmu yang masih lemas, belum pulih tenaganya.”
“Mohon maaf, Gusti Mangkubumi. Saya bisa seperti ini karena saya selalu makan
buah pace dan meminum air perasannya. Jika itu yang membuat saya jadi begini.”
“Apa? Jadi buah-buahan jelek dan baunya menyengak itu yang membuat badanmu jadi
seperti ini?”
“Mohon ampun, Gusti. Saya tidak tega jika memberikan buah pace tersebut kepada
Gusti Mangkubumi dan para prajurit. Saya takut jika Gusti tidak suka.”
“Tidak apa-apa, Setra. Saya memang punya pikiran kalau buah pace tidak enak
dimakan. Kawan-kawanmu pasti juga berpikiran sama. Tetapi sekarang buktinya
kekuatanmu pulih karena buah pace tersebut. Kalau begitu saya ingin buah pace,
Setra.”
“Kalau begitu, akan saya buatkan, Gusti.” Jawab Setraketipa yang kemudian
memetik buah pace sebanyak-banyaknya. Buah-buah pace tersebut lalu diperas
airnya untuk diminum dan daging buahnya disisihkan untuk dimakan Pangeran
Mangkubumi dan prajurit-prajuritnya.
Ajaib, seketika! Sasudah minum air perasan dan makan daging pace, tubuh
Pangeran Mangkubumi dan prajurit-prajuritnya seperti dihidupkan kembali. Terasa
segar bugar dan kekuatan yang tadinya hilang telah kembali.
Pangeran Mangkubumi dan prajuritnya kemudian meneruskan perjalanan. Di
sepanjang jalan terlihat banyak buah pace. Pangeran Mangkubumi berhenti
sebentar dan berkata.
“Hai, para prajuritku! Kita semua selamat karena dari jasa Setraketipa. Untuk
itu, kalian semua menjadi saksi jika nanti perjuangan kita berhasil, daerah
yang banyak pace ini menjadi milik Setraketipa. Daerah ini saya beri nama
Pacetan.”
Begitulah terjadinya daerah Pacetan yang berganti nama menjadi Pacitan sampai
sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar